Budaya ABS “Asal Bos Senang” dalam Perusahaan - Mulai Improve Yuk…
Awal mula budaya ABS,
Sebenarnya budaya ABS muncul dan bertahan karena ada
rasa mutualisme tadi antara atasan dan bawahan, rasa saling menguntungkan ini
menjanjikan kepuasan bersama. Atasanan merasa senang ada bawahan loyal dan
selalu manggut – manggut atas apa yang dia katakan. Bawahan pun senang, karena
atasan yang senang akan loyalitasnya sehingga menjanjikan jabatan, karir dan posisi yang
aman. Budaya ABS tidak terlepas dari paradigma bahwa
bawahan/anak buah, harus loyal pada bos/atasan. Rasa loyalitas sebenarnya baik,
yang salah itu ketika dilakukan secara berlebihan. Ibarat dua simbiosis
mutualisme yang berbeda jadinya, mereka yang ada di atas dan sedang menjabat
lebih sering tidak peduli tentang apa yang ada di bawahnya, dan merasa senang
dan hal tersebut. Sedangkan mereka yang ada dibawahnya lebih banyak melihat ke
bawah, dan terlalu takut untuk melihat ke atas. Dan dari sinilah drama ABS
dimulai. Budaya ABS juga ditentukan oleh bagaimana budaya dalam suatu
perusahaan berjalan, apakan atasan kita mempunyai pola dan cara berikir
terbuka, mau mendengarkan ide baru dan mengikuti perkembangan jaman. Ataukah
atasan kita masih didominasi oleh para bos yang menerapkan sikap jaman dulu,
“bos selalu benar”, otoriter dan sok kuasa.
Bos/atasan sangat berperan dalam menjamurnya budaya ABS dalam perusahaan. Sering ga dalam suatu perusahan kalian denger “dari dulu
juga udah kaya gini”, “kamu ikutin aja, biasanya juga gtu”. Sulit untuk
menerima perubahan, masukan maupun gagasan terbaru. Karyawan akan merasa dari
pada memunculkan ide baru dan ujungnya malah berdebat dengan bos, lingkungan
kerja tidak kondusif, dianggap sebagai biang keladi keributan, dan karir
terancam. Rela tidak rela, nurani mau tidak mau, lebih baik manggut – manggut
dan iya – iya saja yang penting “Asal Bos Senang”. Nah kalo gini sudah lah
bawahan akan mulai menjadi karyawan ber mental ABS.
Jika kamu tidak bisa menerimanya, maka ubahlah.
Jika kamu tidak bisa mengubahnya, maka tinggalkan
saja.
Jika kamu tiadak sanggup untuk meninggalkanya.
Kamu perlu bertahan, dan belajar ilmu adaptasi
dengan keadaan diatas.
Improve untuk Perubahan Budaya,
Mau sampai kapan sih budaya ABS dipertahankan?
Berubah kearah yang lebih baik memang tidak semuda
membalikan telapak tangan, butuh usaha dari kedua belah pihak untuk sama – sama
introspeksi diri untuk mencapai perubahan yang signifikan. Bos harus berubah
untuk lebih professional, anak buah pun sama lebih berani untuk “speak up”.
Budaya ABS akan terus menjamur dan bertahan
diperusahaan jika tidak ada yang mau melakukan improvement ke arah yang lebih
baik. Jangan sampai budaya ini menjadi budaya turun menurun dari tiap generasi
ke generasi berikutnya, perubahan kearah yang lebih baik hanya akan jadi wacana
belaka. Satu yang harus disadari kedua belah pihak antara bos dan karyawan
adalah mental ABS benar – benar mematikan potensi dan kreatifitas yang ada
dalam setiap karyawan.
Selalu perlakukan karyawan/bawahan anda persis seperti anda
ingin diperlakukan.
Jika anda ingin menjadi pemimpin yang hebat,
Ingatlah untuk memperlakukan semua orang dengan Hormat setiap
saat.
Pertama, karena anda tidak pernah tahu kapan anda akan
membutuhkan bantuan mereka.
Kedua, karena itu adalah tanda bahwa anda menghormati orang lain.
Perlahan tapi pasti harus adanya perubahan,
Kembali lagi, bagaimana bisa generasi selanjutnya mempunyai
pemikiran kritis, pemikiran kritis ujungnya akan memaksa dia untuk speak up dan
hanya dianggap sebagai seorang individu yang frontal dalam bersuara. Perlahan
tapi pasti budaya ini saya rasa sudah mulai dihilangkan dan memang sudah tidak
jaman digunakan diperusahaan dengan mayoritas karyawan gen milenial. Bos middle
saya di perusahaan adalah generasi yang berumur 30 – 40 th. Sudah berusaha
dengan baik menjadi jembatan penghubung antara para generasi muda dan generasi
tua. Walau kadang bersebrangan, walau lebih sering berbeda pendapat, walau ga
pernah akur. Tapi generasi muda sudah dapat berlaku lebih professional. Sabar –
sabar lah ya, bentar lagi generasi tuanya juga pensiun. Dan semoga banyak
perusahaan yang mulai improvement untuk menghilangkan budaya ABS.
Saling mengoreksi satu sama lain,
Atasan dan anak buah adalah manusia biasa, ada salah ada
kurangnya. Sebagai atasan jangan merasa menjadi bos dan selalu benar semua,
sebagai bawahan jangan minder dan selalu merasa sebagai korban kewenangan ci
bos. Terbukanan akan menghilangkan budaya ABS dengan sendirinya. Saling
mengoreksi satu sama lain sangat penting untuk perusahaan yang lebih sehat.
Jika salah satu membuat kesalahan jangan ragu mengakui kalo itu kesalahannya,
jangan pernah mencari – cari kesalahan orang lain, hanya untuk mengamankan
posisi. Saya pernah menemukan bos yang menerapkan hal ini, beliau
minta para coordinator menulis secara pribadi, menceritakan harus gimana, apa
yang kurang, apa yang bisa dibantu, apa yang bisa diimprove, kita lakukan
bersama – sama. Dan diakhirnya selalu mengucapkan terimakasih atas apa yang
sudah kami lakukan, simbiosis mutualisme yang sehat. Bos seneng mendapat
masukan dari bawahan, anak buah seneng merasa dihargai dan dibutuhkan.
Jangan sampai berhenti dikamu,
Jangan sampai kewenangan atasan menjadi tembok penghalang besar
dalam kemajuan karir karyawan. Bila mental dan karyawan tipe ABS hilang, maka
perusahaan akan mendapatkan kinerja yang sehat dari setiap individu karyawanya.
Tidak ada lagi harus cari muka kepada bos dan tidak ada lagi embel – embel
“anak kesayang bos”. Semua karyawan adalah sama, yang membedakan hanyalah
Kinerja dan profesionalismenya saja. Penilaian pun menjadi semakin fair, adil
dan mutlak penilaian berdasarkan kinerja. Hal ini akan membangun persaingan
yang sehat dalam setiap perushaan.
Yuk Improvement – jika kamu jadi bos/pemimpin jangan sampai semena
– mena, otoriter, dan sok kuasa, belajar lebih professional dan mulai
mendengarkan masukan, jangan sampai budaya ABS terulang kembali karena kamu.
Sebelum anda menjadi pemimpin, kesuksesan adalah tentang
mengembangkan diri anda.
Ketika anda menjadi pemimpin, kesuksesan adalah tentang
mengembangkan orang lain.
Comments
Post a Comment