Toleransi Dalam Pertemanan Dan Inner Circle Mu

Orang – orang akan selalu melihat perubahan sikapmu terhadap mereka, tetapi mereka terkadang tidak menyadari bahwa prilaku mereka yang membuat perubahan itu.

Islam sebagai agama yang sempurna dan menyeluruh telah mengatur bagaimana adab-adab serta batasan-batasan dalam pertemanan. Pertemanan sangat mempengaruhi kehidupan seseorang. Dampak buruk akan menimpa seseorang akibat bergaul dengan teman-teman yang jelek, sebaliknya manfaat yang besar akan didapatkan dengan bergaul dengan orang-orang yang baik.

Menetapkan toleransi dan batasan sah – sah saja ko dalam pertemanan, menetapkan standart untuk self defense terhadap dirimu sendiri agar jangan sampai mereka sampai berlaku diluar batas, dan seenaknya dalam memperlakukanmu, belajar menjadi pribadi yang tegas agar dirimu lebih dihargai. Ga ada salahnya ko untuk menjadi perempuan yang tegas, karena ga semua orang yang kamu temui mempunyai mindset seperti kamu, sebenernya itu semua akan melelahkan karena cape bgt urusan sama orang yang tidak satu “kufu” pemikiran dengan mu, harus sabar – sabar karena tingkat toleransi dan kedewasaanmu diuji disitu, sebagai manusia dan mahluk social penting untuk belajar untuk menetapkan toleransi atas segala hal.

“Secara umum, hendaknya orang yang engkau pilih menjadi sahabat memiliki lima sifat berikut: orang yang berakal, memiliki akhlak yang baik, bukan orang fasik, bukan ahli bid’ah, dan bukan orang yang rakus dengan dunia” (Mukhtasar Minhajul Qashidin 2/36).

Kenapa akal menjadi salah satu yang utama dalam pertemanan, karena akal merupakan modal utama. Tidak ada kebaikan berteman dengan orang yang bodoh “kurang secara akal”. Karena orang yang bodoh, dia ingin menolongmu tapi justru dia malah mencelakakanmu. Yang dimaksud dengan orang yang berakal adalah orang yang memamahai segala sesuatu sesuai dengan hakekatnya, baik dirinya sendiri atau tatkala dia menjelaskan kepada orang lain.

“Akal akan membantumu agar dapat memahami untuk berkata baik, atau diam”

Jika kamu “merasa” memiliki akal yang baik, berhenti memberikan pertanyaan naif jika bertemu dengan seseorang, sudah kerja, sudah nikah, sudah punya rumah, udah punya anak, diikuti dengan pertanyaan lanjutan kenapa ko? kenapa ga gini? Harusnya kan? Eeeeemmmm…

Sadar ga terkadang basa – basi tersebut menyakiti orang lain, jangan sampai ada ruangan dalam diri yang tadinya luas menjadi sempit karena omongan kamu! Hati hati dengan siapa kamu berucap...

Kamu bisa membalas berkata jahat, tapi akal dan kedewasaanmu diuji ketika kamu bisa menahan untuk menutup mulut kamu, saat sebenarna kamu mampu mengatakan hal yang jahat terhadap seseorang. Saya pribadi salah satu manusia tegas dan sangat frontal untuk hal – hal ginian, akan langsung bereaksi dan menegur orang tersebut. Pengennya sih bales ngomong jahat juga, tapi apa daya si partner sumur hidup rajin bgt ngingetin “Kalo kamu bales jahat, ga ada bedanya kamu sama mereka”. Kamu ga bisa menahan semua orang untuk tidak bertanya atau berkomentar sesuatu yang membuatmu tidak nyaman, hanya perlu sedikit toleransi dan ketegasan agar mereka dapat lebih paham bagaimana cara memperlakukanmu dengan lebih baik. Kalaupun seandainya ada temen yang menjauh karena sikap tegasmu, ya gpp normal ko semua hal didunia ini memang terseleksi. Ada yang berusaha terus memperbaiki akal dan dirinya, ada pula yang tidak berubah gitu gitu aja, ga usah takut merasa tidak punya teman atau ditinggalkan kalo memang pertemanan mu tidak baik.

Makin dewasa kita, makin ga punya temen? Wajar ko, kita berhak mendapatkan hidup yang lebih positif, buang jauh semua yang factor yang menurutmu negatif dan toxic dalam hidup kamu, makin dewasa kita membutuhkan inner circle yang satu visi, misi, sikap dan sikap alias “sekufu”, dari pada memiliki banyak teman tapi toxic dan tidak cocok, mengurangi makan hati, emosi jiwa and hahahiihihi ga jelas. 

 

Lingkaran kenalanku, lingkaran kolegaku, lingkaran koneksiku, lingkaran relasiku akan selalu ku perlebar. Tetapi, lingkaran pertemananku “Inner Circle” ku akan kupersempit.