Perempuan, Partner Hidup Dan Tanggung Jawab – Part 2

A great relationship is about accepting similarities and working on differences

Mindset Lelaki Biasa : Saya mau punya Istri yang bisa diajak susah.

Mindset Lelaki Luar Biasa : Saya tidak akan membiarkan istri saya susah.

Sekarang berbicara tentang financial bagi para istri yang bekerja dan istri yang tidak bekerja di luar alias IRT. Untuk para istri yang bekerja, suami harus paham bahwa uang istri adalah uang istri, kecuali istri ridho menggunakan penghasilannya untuk kebutuhan rumah tangga. Tapi para suami tidak perlu worry istrinya egois, studi menyebutkan perempuan rela untuk berbagi apa yang mereka dapatkan untuk keluarganya. Perempuan dipercaya menggunakan 50% - 80% pendapatan mereka untuk digunakan pada keluarganya. Ini real sih, para istri bekerja sangat rela menggunakan uangnya untuk kebutuhan rumahnya. Istri yang bekerja karena keinginan sendiri dan menemukan semangat di dalam pekerjaanya, biasanya akan menjadi lebih bahagia. Passion nya tersalurkan, mandiri secara financial, merasa kebutuhannya tercukupi. Istri yang bahagia akan berpengaruh pada kondisi rumah, membuat suasana rumah nyaman bagi suami maupun anak. Anak yang dibesarkan oleh ibu yang merasa kebutuhannya terpenuhi pun akan lebih bahagia. 

Untuk para istri tidak bekerja, masalahnya banyak suami yang tidak paham akan nafkah dan kewajiban istrinya. Hanya memberikan uang untuk kebutuhan rumah tangganya saja tapi tidak memberikan uang lebih untuk istrinya me time, membeli keperluannya atau menyenangkan dirinya sendiri. Hanya menuntut istri melaksakanan kewajibannya, tanpa suami paham tanggung jawabnya. PTR, Supir or Suster aja mendapatkan gaji financial “resmi” loh karena bekerja dirumah. Istri biasanya hanya dapet gratisan atas nama "Kewajiban", istri yang posisinya jauh lebih yaitu pendamping suami masa ia ga di bayar? Jika dihitung berapa seharusnya suami membayar gaji istrinya? Dari Hamil, melahirkan, menyusui, mendidik anaknya, guru private anaknya, dokternya anak – anak, plus urusan mendidik mental dan sikologisnya pun para istri harus paham, belum lagi urusan internal dasar seperti mencuci dan memasak, dikerjakan oleh satu orang bernama Istri. Kalo ada suami yang malah bilang “Karena pekerjaan istri itu mulia, sehingga bayarannya surga”, ia sih memang, tapiiii….

Jangan sampai IRT hanyalah title, dipandang sebelah mata, tidak ada artinya, dianggap rendah dan gratisan pula. Padahal tau sendiri dong perempuan dengan title IRT bekerja tanpa cuti setiap hari, hampir 24 jam didedikasikan untuk menjamin seluruh keperluan rumah tangganya terpenuhi. Dan rata – rata IRT menghabiskan waktu 13 Jam/Hari, dari yang paling pertama bangun pagi, sampai mau tidur paling terakhir. Padahal jika kita berfikir pekerjaan IRT itu adalah salah satu aspek terpenting dalam kesejahteraan rumah tangga, aktivitas ekonomi dan kontribusi perempuan sendiri sebagai individu. Para pasangan baru yang mau menikah atau yang baru menikah seharusnya belajar lebih banyak, jangan sampai masih terkurung dengan paradigma nenek moyang dari jaman penjajahan, bahwa semua pekerjaan rumah tangga itu adalah tugas istri. Jika calon or suami anda protes, ngenyel dan sulit untuk openmind, tolong ini tolong kalo yang masih calon “Difikirkan lagi sebaikanya”, dari pada menyesal.

Suami harusnya memuliakan istrinya, balik lagi nih jika secara financial suami tidak mampu menggaji PRT, atau menggaji IRT secara financial, MINIMAL suami dapat diajak bekerja sama, punya INISIATIF dan kesadaran yang tinggi untuk membantu istrinya, karena ga semua tentang uang dan materi. Cukup dibantu dengan kerja sama, udah Alhamdulilah bgt ko..

Bukannya sebagai perempuan tidak mau untuk melakukan hal tersebut, tapi kerja sama dan toleran itu penting, jika istri dan suami sama – sama berkarir, dan punya kesibukan masing – masing. Pekerjaan inti rumah tangga harus dibagi berdua, kalo tidak sempat ya ga usah drama, sewa jasa yang bisa bantuin, kalo ga punya duit ya turun tanggan untuk bantuin. Tapi jika seandainya istri mau untuk memasak, mencuci, dan beres – beres, tanpa dibayar alias gratisan. Itu adalah mutlak atas keinginannya SENDIRI dan merasa itu adalah TANGGUNG JAWAB sebagai istri, bukan karna embel – embel bahwa dia perempuan, bahwa dia istri, membawa history jaman dahulu, social budaya atau embel - embel itu adalah kodratnya perempuan.

A: Beb dirumah ada mbak ya? 

B: Okey nanti panggil mbak dari kampung.

A: Beb hari ini meeting sampai malem, ga sempet masak nanti pulang gofood aja ya?

B: Okey Gofood

A: Beb weekend ini aku izin tugas keluar kota ya?

B: Okey hati – hati

A: Beb adventure seminggu kepantai yuk?

B: Okey yuk kapan?

Sungguh tidak ada DRAMA. Kata “Okey” yang dikeluarkan oleh pak suami tanpa ada embel embel “kamu gimana sih jadi istri”, adalah salah satu hal sepele tapi sangat efektif mencegah pertengkaran dalam rumah tangga agar rumah tangga harmonis dan tanpa drama, toleransi dan kerjasama adalah kuncinya. Alhamdulilah partner hidup sangat lah mengerti, bahwa dia menikahi wanita karir, dengan segala kesibukannya. Selalu okey aja dan yang paling penting selalu paham akan tanggung jawab dan kerjasama.