Kelas Inspirasi Serang – Kantin dan Ceritanya
Bangunan, atau
lebih tepatnya saya menyebutnya dengan saung seadanya, berdiri di tengah –
tengah area kosong tidak terpakai, becek, berlumpur dan terlihat dengan jelas
sisa – sisa genangan air jika hujan turun. Saung tersebut tepat berdiri didepan
sekolah SD terpencil disalah satu kabupaten di Serang, Anyer, Banten, SD yang
berdiri di tengah – tengah pemukiman warga, SD tersebut bernama SD Siring.
Saung yang
dibangun atas sumbangan berbagai pihak ini kini berfungsi sebagai kantin
penghilang lapar dan dahaga para anak murid. Tempat mereka menghilangkan penat
dan kebosanan setelah isi kepala mereka dipenuhi dengan berbagai soal dan
pelajaran, saung tersebut menjadi tempat mereka bersosialisasi dan bercengkrama
sambil bermain dengan para teman sepermainan.
Apakah jaman
memang sudah sudah berubah? saya tidak menemukan arti kebersihan dalam makanan
mereka dan tidak ada permainan yang menggunakan aktifitas fisik. Mendatangi
tempat baru seperti ini benar – benar mengajarkan arti bersyukur, mengingat
masalalu ketika saya masih seumuran mereka, sekolah SD saya adalah salah satu
sekolah SD yang terbaik di Kota Bandung, yang saya tau makanan itu adalah
catering dan sudah pasti bersih, pulang pergi diantar jemput menggunakan mobil
jemputan, dan setiap istrirahat kami sibuk main lompat tali atau bancakan,
karena area sekolah yang luas dan rindang
Memang tidak
etis rasanya saya membandingkan sekolah saya 20 th yang lalu dengan dengan
sekolah disini, anak – anak disini mereka berjuang untuk sekolah, kebanyakan
anak murid berjalan kaki dari rumahnya ke sekolah, jajanan dikantin yang
seadanya, bahkan mereka sibuk melayani diri mereka sendiri “self service”, area sekolah yang sempit, tidak ada lapangan bermain atau pun pepohonan hijau nan rindang, karena area
sekolah mereka tepat di tengah – tengah pemukiman warga.
Betapa hidup ini
membutuhkan selalu usaha, untuk menikmati mie gelas dalam plastik mereka harus
bersusah payah menuangkan termos air panas kedalam plastik mie gelas mereka,
mencoba menggoreng baso dan nuget, bahkan mengambil es batu langsung dengan tangan untuk
dimasukan ke dalam es teh mereka. Saya mencoba membeli jajanan yang dijajakan
dan mengobrol dengan ibu penjualnya, saat anak – anak sudah kembali ke kelasnya masing - masing,
buat saya rasa jajanan sangat seadanya, kualitas seadanya, kebersihan
dipertanyakan. Dengan 5 ribu rupiah, saya sudah mencoba beberapa chiken nugget,
bakso, otak – otak dan tempe goreng. Tapi cukup membuat mereka sangat bahagia,
ibu penjualnya adalah ibu kandung dari salah satu guru honorer di SD ini,
usianya sudah paruh baya, beliau bercerita banyak hal, bagaimana dia berjuang
berjualan disini untuk menambah perekonomian keluarga, karena suaminya sudah
tidak bekerja, bagaimana dia cerita tentang anaknya yang sudah 10 th hanya
sebagai guru honorer, dengan gaji yang seadanya, dan selalu berharap agar dapat diangkat menjadi PNS.
Kantin dan
ceritanya, dari pengalaman, penglihatan dan obrolan kantin hari ini saya
kembali belajar dari seorang sosok baru, mengerti arti perjuangan, percaya pada
sebuah pengharapan, memahami makna usaha “yang penting usaha dan berdoa” katanya, mendengan cerita
baru, memperkaya hati, belajar mengerti orang lain, belajar menerima perbedaan,
dan yang terpenting selalu belajar bersyukur.
Semua hal dalam
hidup ini dapat selalu berubah.
Untuk menjadi
sukses, kamu harus membiasakan diri dan merasa nyaman dengan keadaan dimana
kamu tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Membiasakan diri dengan yang
namanya ketidakpastian dan perubahan dalam hidup ini. Dan harus selalu ingat
bahwa sebagai manusia yang terpenting hanya selalu berusaha dan berjuang.
Comments
Post a Comment