Mancari ketenaran di langit
Puasa hari ke 7
di Bakrie Tower, pengisi Kajian Dzuhur Ramadhan adalah Syeikh Fikri Toriq.
“Tidaklah seseorang mencari ketenaran, keterkenalan atau ingin
terkenal melainkan ada penyakit di dalam hatinya”
Menjadi terkenal
adalah sebuah kenikmatan pada pandangan manusia. Banyak orang yang ingin menjadi terkenal, banyak
orang yang ingin menjadi artis, ikut berbagai ajang ini itu hanya demi masuk TV.
Padahal keterkenalan adalah salah satu ujian. Menjadi terkenal tidaklah salah.
Yang salah adalah jika niatnya salah. Ada orang yang ingin terkenal, kemudian
menghalalkan berbagai macam cara meski hal-hal yang dilarang oleh Allah sekali
pun. Dan akan lebih berbahaya lagi manakala setelah ia terkenal, ia menjadi
contoh buruk bagi orang lain, karena dengan begitu keburukan akan semakin
menyebar. Karena biasanya orang yang terkenal cenderung akan diikuti oleh orang
lain.
Kemasyuran adalah
ujian yang berat. Orang yang semakin terkenal tapi semakin mabuk dengan pujian orang
terhadap dirinya, maka semakin berat baginya untuk lulus dari ujian ini.
Sedangkan orang yang akan selamat dari ujian ini adalah orang yang senantiasa
menyadari bahwa ada tanggung jawab besar di balik popularitasnya, sehingga ia
semakin mendekat kepada Allah, memohon perlindungan-Nya dan menjadikan
popularitasnya sebagai kendaraan untuk mengajak orang-orang semakin dekat
kepada Allah.
“Allah hanya hendak
membebani mereka dengan ujian yang lebih berat berupa kemasyhuran”
Rasulullah
bersabda, “Barangsiapa dapat memberikan suri teladan yg baik dalam Islam, lalu
suri teladan tersebut dapat diikuti oleh orang-orang sesudahnya, maka akan
dicatat untuknya pahala sebanyak yg diperoleh orang-orang yg mengikutinya tanpa
mengurangi sedikit pun pahala yang mereka peroleh. Sebaliknya, barangsiapa
memberikan suri teladan yg buruk dalam Islam, lalu suri teladan tersebut
diikuti oleh orang-orang sesudahnya, maka akan dicatat baginya dosa sebanyak yg
diperoleh orang-orang yang mengikutinya tanpa mengurangi dosa yang mereka
peroleh sedikit pun.” (HR. Muslim)
Mencari
ketenaran di antara penghuni langit. BELAJAR pada kisah Uwais Al
- Qarni, seorang pemuda dari Yaman yang faqir dan yatim. Tidak
banyak orang yang mengenalnya. Tapi, Rasulullah mengenalnya disebabkan namanya
mahsyur dilangit, sebab ia adalah seorang yang zuhud, yang terpilih, yang suka
menyembunyikan amalnya, seorang anak miskin yang bijak, mudah bergaul, memakai
dua kain lusuh, dan hanya mempunyai sepasang baju saja. Sampai-sampai ia tidak
bisa melaksanakan ibadah karena tidak mempunyai baju untuk shalat. Tidak dikenal di bumi, tapi terkenal diantara penghuni langit. Begitulah
cerita Nabi Muhammad kepada para sahabat-sahabatnya mengenai prihal sebab
ketenaran Uwais di langit. Lalu Nabi menambahkan, “Wahai ‘Umar, wahai ‘Ali,
jika kalian bertemu dengannya, maka mintalah agar dia memintakan ampunan bagi
kalian berdua, niscaya Allah akan memberi ampunan bagi kalian berdua.”
Mengapa
Rasulullah mengatakan hal demikian. Ternyata karena Uwais al-Qarni adalah anak
yang sangat berbakti kepada ibunya. Setiap ia berdoa kepada Allah, pasti doa
nya akan dikabulkan. Yang jika saja ia berdoa kepada Allah untuk mendapatkan
kenikmatan dunia, niscaya ia akan mendapatkannya. Namun ia memilih pilihan
lain, lebih senang terhadap keadaannya yang miskin seperti sekarang, bahkan
ketika Khalifah Umar menawarkannya kenikmatan dunia, seraya ia mengatakan
“Aku lebih menyukai menjadi bagian dari orang-orang miskin dan
bergaul dengan mereka” (HR. Muslim)
Seseorang yang
tidak terkenal dan tidak ingin terkenal, namun pada akhirnya menjadi orang yang
terkenal di penduduk langit. Allah ridho padanya, Allah mengabulkan
permohonannya, dan Allah menempatkannya pada kedudukan tertinggi disisi-Nya.
Bersusah payahlah, bekerja keraslah dan berusahalah agar menjadi
terkenal di antara penduduk langit. Karena ketenaran di dunia sejatinya
hanyalah tipuan belaka.