Karena Bahagia itu adalah hanya soal “Pilihan”
Senyum selalu
memiliki dua arti di dalamnya, yang pertama kita benar – benar bahagia. Yang
kedua kita berusaha untuk menutupi kesedihan. Dua sisi yang selalu
merefleksikan tentang apa yang dinamakan takdir, antara kolerasi yang kuat dari
makna senyum dan sabar.
Bila mungkin ada luka coba tersenyumlah,
Bila mungkin tawa coba bersabarlah,
Karena air mata tak abadi, akan hilang dan berganti.
Setiap orang pasti pernah bersedih, tetapi jika ia ingin kesedihannya hilang,
bukan berarti harus dengan memamerkannya. Dan jika kita dapat mempertimbangkan lebih
bijak lagi bahwa untuk menghilangkan kesedihan itu harus dengan bantuan orang
lain. Maka cukuplah ia menceritakan kesulitannya, tanpa harus memamerkan wajah sedih
sebegitu rupa, mencari iba atau sebagainya. Sebab, seseorang masih tetap harus
menjaga kehormatan dirinya di hadapan orang lain, sekalipun ia
menceritakan kesulitan dan kegundahan yang ia jalani.
Satu hal yang perlu kita renungkan adalah, bahwa Orang
yang bahagia, bukan berarti orang yang tidak sedang ditimpa masalah atau
musibah, bukan berarti orang yang bebas dari rasa takut, gundah dan khawatir. Sebaliknya,
orang yang bersedih, juga bukan berarti orang yang tidak sedang mendapatkan
karunia dan anugerah, tetapi bisa jadi mereka lupa pada nikmat yang telah diberikan.
Karena, banyak orang yang mendapatkan anugerah, tetapi
justru hatinya bersedih. Sebaliknya pula, ada orang yang sedang ditimpa musibah,
namun hatinya tetap bahagia. Ada orang yang kaya, tetapi justru dia menderita,
sebaliknya pula ada orang yang miskin dan serba kekurangan namun ia tetap
bahagia.
Maka, kembali lagi
bahwa bahagia itu adalah pilihan. Walau
klise, ikhlas menjalani semuanya akan membuat kita jauh lebih merasa bahagia.
Walaupun mungkin kita tengah diuji dengan kesulitan yang berat sekalipun.
Kata mu,
Semua ada waktunya,
semua harus begini, semua harus sesuai dengan harapan.
Kata ku,
Allah yang punya
kuasa.
Adalah waktu-Nya yang
dapat membolak balikan segala apapun yang ada.
Kalimat di atas mungkin terkesan tidak ada usaha dan
pengorbanan di dalamnya, tapi kembali lagi semua orang tau untuk berhenti dan
berusaha merelakan. Karena bukan berarti kita menyerah dalam perjuangan, melainkan
bijak dan ikhlas menyadari bahwa ada sesuatu yang tidak bisa di paksakan.
Kalo kata Ali dalam memaknai apa itu kebahagiaan dan apa itu
kesedihan adalah hal sepele, HANYA soal “Dunia”. Mengapa kau harus bersedih atas apa yang tidak
kau bawa saat datang dan tidak mengikutimu saat kau pergi ???. Bersabarlah atas urusan dunia, jadikanlah
pandanganmu ke langit lebih panjang dari pandanganmu ke bumi dank au pun akan
mendapatkan apa yang kau inginkan.
Jika hati kamu terlalu beku, padahal satu yang pasti manusia
sejatinya tidak tertarik dengan hal yang membuat saya bersedih. Pilihanya selalu
pada dua keputusan, cepat atau lambat, yang pasti kita harus tau apa yang
seharusnya di lakukan ketika harus meninggalkan apa yang menjadikan dirimu
bersedih. Anggap saja mungkin itu salah satu petunjuk dari Allah, untuk
memberitahu kita kalau bukan itu jalanya, bukan itu, itu salah, salah jalan,
jalan yang salah. Tergantung pada tingkat kepekaan dan keihlasan kita, untuk menerima
dan menyadari hal tersebut.
Karena kembali lagi,
bahagia itu adalah hanya soal “pilihan”.
Sedih dan bahagia itu hanyalah rasa
semu, bagian dari nikmat. Sungguh, orang yang tidak pernah
bersedih, takkan bisa merasakan nikmatnya bahagia, begitu juga sebaliknya.
Tetapi memamerkan kesedihan kepada orang lain bukanlah sebuah kebaikan. Memamerkan
kesedihan malah akan membuat seseorang dikasihani. Saat seseorang tetap
menampakkan kebahagiaan di depan orang, Sekalipun sebenarnya ia hanya
“berpura-pura” bahagia di depan mereka, itu jauh lebih baik.
“Aku tidak peduli atas
keadaan susah dan senangku, karena aku tidak tahu manakah diantara keduanya itu
yang lebih baik bagiku..” --- Umar bin Khaththab ra.