Kelas Inspirasi - KI Bekasi Part 2
Mengajari anak-anak berhitung memang bagus,
tapi yang terbaik adalah mengajari mereka apa yang perlu diperhitungkan. (Bob
Talbert)
Haloo Bekasi…
Anak Bekasi Gembira Meraih Mimpi..
SD ini sama dengan sekolah yang
sebelumnya saya datangi, anak SD luchu, berisik, punya imajinasi sendiri dan
sulit di atur. Penilaian saya meleset jauh tentang sekolah di kota, antara
perbedaan kota atau memang sekolah ini termasuk unggulan dalam mencetak anak –
anak hebat.
Ini salah sekolah pertama dari 4 KI
yang saya pernah ikuti yang membuat saya sangat betah di kelas, waktu hampir 1
jam bagi tiap inspirator seperti baru 10 menit rasanya. Fasil harus
mengingatkan saya berkali – kali jika waktu telah habis. Anak – anak ini
sangatlah bersemangat, semua ingin maju ke depan hanya untuk nyanyi,
menggambar, bahkan salawatan.
Cepat
atau lambat jasad ini pasti rusak, kita bisa memilih apakah membiarkannya rusak
begitu saja ataukah rusak dalam menggapai kebaikan.
Mendengan
curhatan kepala sekolah tentang orang tua mereka yang hanya tukang beca dan
buruh cuci, saya pribadi sangan happy melihat anak – anaknya membanggakan
sekali, kepala sekolah pun bercerita, walau dengan fasilitas yang serba
minimal, sekolah ini termasuk kedalah sekolah unggulan dan rajin mencetak para
juara hingga memenangkan lomba – lomba di wilayah Bekasi. Keluarga adalah
lingkungan social pertama bagi anak, hubungan yang interaksinya paling intensif,
apakah anak merasa di sayangi, di hargai, di terima, ini yang mengajarkan
saling berbagi dan bersosialisasi dengan baik dengan teman temanya.
Dengan
pendidikan agama yang terlihat wajar bila manners nya sangat baik, mereka sopan
dan menghargai. Bukan tanpa sebab saya bilang pendidikan agama di sini baik,
banyaknya yang maju untuk bersalawat adalah cermin nyata.
Mereka tidak malu –
malu untuk maju ke depan. Saya amazing sekali lah pokonya di sini. Dengan background
orang tua yang kurang secara ekonomi, tapi hebat sekali dalam mendidik anaknya.
Mereka berhasil setidaknya membuat anak – anaknya menjadi seorang anak yang
baik. Belum tentu makin tinggi pendidikan orang tua, makin mahal sekolah, makin
baik tingkat pendidikan anak.
Suatu saat jika saya menjadi orang tua
sepertinya paradigm ini yang pertama harus di hilangkan.
Orang tua di kota sibuk berangpan
bahwa, makin mahal sekolah, makin baik sekolah tersebut. Dan membiarkan mereka
seharian di sana. Anak – anak selayaknya baju, bila kotor, kucel, bau, dan baju
tersebut diserahkan ke tukang cuci, oleh tukang cuci baju tersebut, diberi
pengharum, disetrika, dan menjadi rapi. Diambil lagi oleh pemilik baju,
kemudian dipakai lagi, kotor, kucel bau lagi dikembalikan lagi ke tukang cuci,
dan dilakukan terus menerus.
Kebanyakan dari anak-anak jaman sekarang
terutama di kota besar kurang sekali minat mengnai pelajaran yang behubungan dengan
sopan santun dan tatakrama. Anak-anak lebih menyukai pelajaran yang mengandung
teknologi dan bersifat modern. Real situasi yang terjadi adalah banyak anak –
anak yang sangat cerdas dalam bidang akademis dan teknologi tetapi mereka tidak
bisa bergaul, tidak punya sopan santun dan tidak punya teman. Intinya kebanyakan
gaget “lu jadi ga asik”.