Perempuan dan Pilihan
Kau terpelajar, cobalah bersetia pada kata
hati.
"Dia" adalah salah satu sahabat terdekat saya, lebih frontal, berkata semaunya, dan sangat jarang memikirkan perasaan orang lain --- yang saya suka satu dari dia, sangat “Berprinsip”.
Dari
“Dia” saya suka belajar hal absurt, dengan embel – embel demi pendidikan
anaknya yang lebih baik, maka dia memutuskan untuk mengambil master dan bersekolah kembali, hampir setiap
minggu "Dia" menginap dikosan saya, mendebatkan hal berbeda tentang mimpi. Saya
dengan 1001 keinginan dan mimpi yang tak terencana dan bisa berubah semau saya, "Dia" yang bercita – cita lebih sederhana, punya keluarga baik – baik, dan ibu
seutuhnya. Dengan begitu banyak potensi dalam dirinya, karir diperusahaan mentereng,
training di Eropa, dan keuangan yang mandiri, tapi dia memutuskan untuk hidup
lebih sederhana, balik lagi dengan quots dia paling sering aku denger “Dunia Ini
Sementara”.
Perempuan
selalu dengan pilihan ketika sudah lulus kuliah, mungkin ada beberapa pilihan
antara bekerja, mengejar karir atau menikah, mengabdi menjadi ibu tumah tangga
seutuhnya.
Yang hebat didunia ini bukanlah tempat dimana
kita berada
Melainkan arah yang kita tuju
(Oliver Wendell Holmes)
Tidak ada yang salah
dari perbedaan, selama kita saling merhargai, kita adalah contoh dari dua perempuan
dengan perbedaan mimpi dan tujuan, tetapi bisa kompak belajar dan berjalan beriringan, karena tetap kita saling menghargai. Saya selalu menghargai pilihanya, karena mungkin
suatu saat nanti pun saya berfikir demikian untuk mengubur semua mimpi saya
disaat saya sudah menemukan focus lain tentang prioritas yang harus saya
perjuangkan.
Saya berkaca dengan beberpapa teman perempuan saya dulu, ketika
mereka memutuskan untuk menjadi ibu rumah tangga seutuhnya, bukan karena the
real pilihan seperti "Dia", tapi karena mimpi yang terlalu standar yang
diterapkan, antara mereka yang terlalu standar, atau saya yang terlalu bermimpi ?? Sehingga beberapa dari mereka terjebak tak bisa berkarir atau bekerja. Bukan
hanya para kaum perempuan, para laki – lakinya pun sama, (Lulus, Kerja, Nikah) dan SELESAI. Mimpi yang menurut saya sangat sederhana. Disaat mereka meributkan model baju terbaru, saya berkutat dengan project yang panas. Disaat mereka mengkritik kulit saya yang selalu bertambah coklat tiap meetup atau reunian, saya lebih peduli pada tumpukan jurnal saya.
Beberapa tahun berlalu, banyaknya aku mendapatkan chat tentang keluhan. ada yang menyesal menyesal dulu ga kuliah bener, ada yang menyesal tidak pernah tau dunia kerja, bingung harus gimana mulai kerja, Ada lowongan ga, Harus pindah kerja ini "setelah 5 th bekerja di perusahaan yang sama", Gimana
buat ini gimana buat itu, ada contoh ini contoh itu, punya format ini format itu ga, bahkan
tolong kirim contoh CV. Mungkin nanti saat mimpi saya sudah berubah focus, saya
berharap saya tidak pernah menyesali apapun, karena yang menuruts saya "Baik" semua sudah pernah saya coba dan
saya usahakan semampu saya bisa. Untuk "Perempuan" terutama, semua penyesalan memang selalu datang terlambat, jadi ayo
perempuan sebelum kamu disibukan dengan segala sesuatu urusan rumah tangga, sebelum
kamu terbelenggu dengan banyaknya hal, sebelum kamu tidak punya waktu untuk
dirimu sendiri.
Kamu berhak untuk bahagia...
Belajar lebih banyak lagi
Mencoba lebih sering lagi
Menjelajah lebih jauh lagi
Berusaha lebih baik lagi
Serta bermimpi lebih tinggi lagi.
Kamu berhak untuk bahagia...
Belajar lebih banyak lagi
Mencoba lebih sering lagi
Menjelajah lebih jauh lagi
Berusaha lebih baik lagi
Serta bermimpi lebih tinggi lagi.
Dua puluh
tahun dari sekarang, Anda akan lebih dikecewakan oleh hal-hal yang tidak Anda
lakukan dibanding hal-hal yang telah Anda lakukan. - Mark
Twain