Haloo Jakarta..
#Anak Indonesia Merdeka Bercita –
Cita..
Ini adalah kesekian kalinya aku
ikut KI, kali ini Jakarta kota yang disinggahi, bertepatan dengan hari
kemerdekaan jadi moto Kelas Inspirasi kali ini pake kata “Merdeka”. Semua anak
Indonesia memang berhak untuk bercita cita setinggi mungkin, bermimpi tantang
semua yang mereka suka, tanpa takut gagal. Kota selalu penuh dengan kejutan,
panasnya Jakarta dan acara yang dimulai pukul 1 siang menambah suasana menjadi sesuatu
bgt, pengalamannya selalu berbeda tiap
sekolah dan tiap daerah karena KI ini berada dikota, coba kita lihat bagaimana
anak Kota.
Melihat
tantangan disekitarku, Aku meras tak mampu..
Namun
ku tak mau menyerah, aku tak ingin berputus asa, dengan gagah berani aku
melangkah..
Dan
berkata aku bisa, aku pasti bisa, ku harus terus berusaha..
Bila
ku gagal itu tak mengapa, setidaknya ku telah mencoba..
#Lagu
aku bisa --- Reff intro lagu penutupan yang kami nyanyikan di sana..
Kelas inspirasi memilih sekolah
ini bukan tanpa sebab, sekolah ini berada diujung Jakarta, dikelilingin dengan
pabrik – pabrik, dan terasa lebih panas, dengan mayoritas orang tua murid
adalah buruh pabrik, pedagang dan supir, dengan tingkat ekonomi menengah ke
bawah, sangat wajar jika sekolah ini dipilih. Saya sedikit terkejut, mengetahui
keadaan ini terjadi dikota besar, expektasi saya sekolah atau anak – anak kota
pastilah lebih terjamin, ternyata keadanya sama saja seperti dipedalaman
kabupaten daerah. Putus sekolah, tidak melanjutkan pendidikan setelah lulus SD,
atau hanya melanjutkan pendidikan sampai SMP, bahkan ada yang tiba – tiba tidak
masuk sekolah tanpa kabar, karena rumahnya digusur, atau ayah ibunya di PHK dan
akhirnya kembali ke kampung, miris..inilah potret pendidikan kita yang selalu
tidak merata.
Kembali berbicara soal anak –
anak, ada perbedan yang kentara soal karakter anak – anak dikota dan desa,
yaitu adalah “Mental”.
Saya selalu bersemangat ketika
mengajar, banyak energy positif ketika melihat expresi “ketertarikan” mereka
dari tidak tau jadi tau, ala – ala ibu guru yang selalu bangga ketika anak
muridnya berhasil, sama seperti itu. Berbicara soal “Mental” anak kota saya
akui mereka lebih vocal bersuara, lebih aktif, lebih aktraktif. Tetapi 10 menit
saja bersama mereka, saya merasa ada yang kurang pas terjadi disini.
Guru – gurunya bercerita, ada
yang harus sampai disusul untuk bersekolah setiap pagi dengan alesan malas
masuk sekolah, ada yang sampai dijemput untuk sekolah karena tidak mau sekolah,
ada yang kecanduan games, main dll, peran orang tua yang kurang mendukung
memang berakibat sangat besar disini. ---- Tidak bisa disalahkan juga, mungkin
para orang tuanya hanya lulusan SD yang tidak tau tentang pendidikan adalah sesuatu yang sangat penting, atau mereka sangat sadar tentang pendidikan
tetapi faktor ekonomi memaksa mereka untuk pasrah dan acuh terhadap keadaan.
Tujuan pendidikan adalah mempersiapkan
generasi muda
Untuk mendidik diri mereka sendiri seumur
hidup mereka.
(Robert Maynard Hutchins)
Ketika mereka diminta berbicara
didepan seketika keberanian, dan vocal mereka hilang, ya “Mental” mereka berani
berbicara secara bergerombol, tapi tidak berani untuk berbicara sendirian.
Semua kelas seperti itu, dan yang paling mengehankan, ada yang sampai menangis
hanya karena disuruh maju ke depan. Hilang sudah keberanian mereka, setakut itu
kah menghadapi tantangan hanya untuk “Maju ke depan kelas”. Antusias mereka
kurang dengan hal baru, mereka memilih untuk segera pulang, gaduh dan tidak
fokus dikelas, yang paling penting mereka kurang memiliki rasa sopan santun. Berbeda
dengan anak – anak desa yang sama – sama dengan situasi dan ekonomi yang
serupa, dan bahkan medan yang sulit untuk mencapai sekolah, mereka sangat malu
– malu bahkan untuk berbicara, tapi setidaknya “Mental” mereka jauh lebih
tangguh menurut saya, setidaknya mereka berani maju ke depan kelas dengan gagah
berani, mengenyampingkan rasa malu yang besar, hanya untuk bercerita dengan
terbata – bata “Soal Mimpi”. dan yang paling penting adalah mereka jauh lebih paham
soal “Manner”.
Saya bukan lah seorang Guru, saya hanya
belajar,
Belajar menjadi seorang pembangkit dari mimpi –
mimpi.
Note : Semua yang saya tulis diatas tidak
bermaksud untuk menjelekan suatu wilayah tertentu, tapi kenyataanya memang
se”miris” itu yang terjadi, jika kita berbicara tentang mental. Mohon maaf bila ada kata yang salah dan menyingung.
Related:
Team Gokil Terkompak - kelas-inspirasi-jakarta-saya-team-gokil
Motivasi & Inspirasi - kelas-inspirasi-jakarta-acara-inspirasi